MAKALAH KEADAAN PEREKONOMIAN SEBELUM DAN SESUDAH DIANGKAT MENJADI RASUL NABI MUHAMMAD SAW DI MAKKAH DAN MADINAH
KATA PENGANTAR
Puja dan
puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana berkat limpahan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya, kami dapat merampungkan makalah
ini. Walaupun banyak hal yang harus ditempuh sebelumnya, namun hasil akhirnya
begitu membanggakan kami secara pribadi. Dengan berbagai keterbatasan baik
pengetahuan dan referensi, kami buat makalah ini dengan mengedepankan
objektivitas.
Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
sebagai peletak peradaban Islam. Karena kegigihan perjuangan beliau lah kita
dapat menikmati kecerahan Islam dari sebelumnya dunia yang penuh kegelapan
amoral. Shalawat dan salam juga semoga tercurahkan kepada sahabat dan kerabat
beliau yang telah membantu perjuangan penyebaran cahaya Islam di seantero
jagat.
Terakhir
kali, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengajar dan teman-teman
yang telah ikut berpatisipasi baik aktif maupun pasif dalam merampungkan
makalah ini. Mereka yang memberikan pengarahan dan sumbangan pemikiran juga
mereka yang memberikan bantuan baik material atau moral.
Dalam
makalah ini kami mencoba memaparkan sejarah pendidikan ekonomi Rasulullah yang
telah mengantarkan beliau pada kesuksesan di tengah kemiskinan. Bagaimana
beliau yang tanpa modal materi sanggup merubah keadaan dalam sejarah. Beliau
sebagai teladan umatnya dalam segala hal baik kepemimpinan, keagamaan dan
sosial ekonomi rasanya perlu dikaji ulang mengingat umat Islam sendiri yang
mulai banyak yang meninggalkan jalan yang beliau tempuh. Banyak di antara umat
Islam yang gampang putus asa sebagai kaum pinggiran dan melupakan sosok
suritauladan mereka yang gigih dan tidak pernah menyerah dalam segala hal. Di
sini kami menarik kembali pelajaran-pelajaran praktis Nabi dengan mengambil
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kejelasan dan penyesuaian.
Sebagai
manusia yang tidak lepas dari lupa dan salah, alam makalah ini tentunya banyak
ditemukan berbagai kesalahan dan kelalaian. Baik kesalahan atau klalaian dari
segi teknis, nalisis atau historis yang disajikan. Maka dari itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan makalah ini sangat kami
harapkan. Dan harapan kami semoga makalah ini membawa kemanfaatan bagi para
pembaca. Amiin
Surabaya,
24 April 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar Isi . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .3
PNDAHULUAN
A.
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B.
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
C.
Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Sosial Ekonomi Kota Makkah . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B.
Pendidikan Ekonomi Rasulullah . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
C.
Rasulullah Mencapai Kesuksesan Dagang . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
PENUTUP
A.
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
DAFTAR PUSTAKA . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah adalah sosok spektakuler
yang sukses dalam segala bidang. Beliau bukan hanya sebagai seorang Nabi atau
pemimpin agama. Tetapi lebih dari itu, beliau juga sebagai pemimpin masyarakat,
panglima perang dan pengusaha yang sukses pada waktu itu. Tidak salah lagi
kalau Allah menyebutkan dalam firman-Nya bahwa Nabi Muhammad adalah tauladan
yang baik. Bukan hanya dalam keagamaan beliau patut diteladani. Tetapi juga
dalam urusan sosial kemasyarakatan, rumah tangga, kepemimpinan, kewirausahaan
dan dalam segala hal. Hal ini tidaklah berlebihan jika melihat kredibilitas
beliau yang dapat dilacak dalam sejarah.
Sudah menjadi rahasia umum tentang
latar belakang keturunan dan keadaan ekonomi keluarga beliau. Meskipun para
pendahulunya menduduki kelas ekonomi teratas bangsa Arab, namun keluarga beliau
tergolong kelas bawah (miskin). Bahkan beliau menjadi yatim piatu pada usia
dini tanpa ada peninggalan harta yang cukup dan hanya bisa numpang pada
keluarga-keluarga lain mulai dari kakek dan pamannya.
Sebagaimana di atas, kemiskinan
sudah melekat pada diri Rasulullah sejak kecil. Namun, hal ini tidak lantas
membuat beliau patah semangat dan termarginalkan di tengah-tengah masyarakat
Mekah yang keras. Beliau justru memiliki kemauan keras untuk berubah dan
belajar mandiri sejak kecil. Bagaimanakah beliau menjadi orang yang sukses
dalam segala bidang di tengah-tengah keterpurukan ekonomi?. Hal ini memberikan
ketertarikan tersendiri bagi kami untuk menelusuri sejarah beliau khususnya
terkait dengan perekonomian dan cara-cara atau sistem ekonomi yang beliau
terapkan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan mencoba
memaparkan sedikit banyak tentang sejarah Rasulullah dalam menjawab soal-soal
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi kota Makkah sebelum
Rasulullah lahir?.
2. Bagaimana pendidikan ekonomi Rasulullah?.
3. Bagaimana Rasulullah mencapai kesuksesan dalam berdagang?
C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini,
diharapkan pembaca dapat mengambil pelajaran dari sejarah Rasulullah khususnya
terkait dengan:
1. Kondisi sosial ekonomi kota Makkah sebelum Rasulullah lahir.
2. Pendidikan ekonomi Rasulullah.
3. Rasulullah mencapai kesuksesan dalam berdagang.
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Sosial Ekonomi Kota Makkah
Kondisi
sosial masyarakat Makkah dan Bangsa Arab pada umumnya sangat amburadul.
Peperangan dan sukuisme menjadi trand masyarakat kala itu. Tidak ada
undang-undang tertulis atau norma yang berlaku di antara suku-suku selain
pembalasan dendam sebagai perlindungan. Nyawa harus dibalas dengan nyawa dan
peperangan tidak bisa terelakkan.[1] Mereka
yang kuat akan berkuasa, sedangkan mereka yang lemah termarginalkan dari kancah
sosial. Perdagangan manusia atau perbudakan menjadi hal yang biasa khususnya
bagi mereka para tawanan perang.
Pada waktu
itu, perempuan tidak mendapat tempat dalam kancah sosial kemasyarakatan. Mereka
juga dianggap sebagai sebuah kekayaan keseluruhan suku dan tidak memiliki hak
untuk melepaskan diri dari kelompok. Bahkan bayi-bayi perempuan yang
mencerminkan kelemahan (menurut mereka) akan dikubur hidup-hidup sebagai aib
keluarga. Dalam peribahasa mereka dikatakan “Membunuh anak perempuan adalah
suatu kebaikan,” dan “menguburnya adalah suatu tindakan mulia”. Mereka sangat
takut akan kemiskinan dan membiarkan perempuan hidup berarti akan membiayai
ekonomi mereka setelahnya sehingga harus dibinuh.[2]Dapat
dibayangkan nasib perempuan dan golongan lemah seandainya hal tersebut terus
berlangsung sampai sekarang. Mereka akan punah dan yang lemah akan mati tragis
perlahan-lahan. Sedangkan mereka para predator hanya tertawa di atas
kekuasaanya.
Secara
geografis, Makkah terletak di garis lalu lintas perdagangan antara Yaman dan
Syam dekat Lautan Tengah. Makkah menjadi pusat perdagangan dimana para pedagang
dari berbagai penjuru bertemu dan berinteraksi di sana. Para pedagang dari
kawasan Laut Tengah, Teluk Persia, Laut Merah dan Jeddah bahkan dari Afrika
bertemu di sana. Di sanalah pusat uang dan barang dagangan pada waktu itu.
Pertukaran barang dagangan bahkan perdagangan uang terjadi di sana.
Prinsip-prinsip komersialisme berkembang di sana mengikis pandangan kesukuan
yang berlaku di Arab. Pengembangan kepemilikan dan usaha pribadi menjadi
kebudayaan baru dengan usaha memperbanyak keuntungan walau dengan kecurangan.[3] Hal
ini berbeda dengan suku Badui yang tinggal di pedalaman dan hidup
berpindah-pindah. Mereka terbebas dari pengaruh kota dan masih dapat menghirup
angin segar gurun.
Tidak jauh
beda sebagaiman di atas, kondisi ekonomi masyarakat Makkah. Mereka yang kaya
memeras yang lemah dan melakukan monopoli. Mereka menganut sistem kapitalis
(istilah sekarang). Dalam praktik ekonomi, riba menjadi hal yang biasa. Mereka
menjadi rentenir yang lemah dan menggandakan nilai atau nominal uang dalam
pinjaman. Para rentenir meminjamkan uangnya dengan tingkat bunga yang tinggi,
dan ketika si peminjam tidak mampu mengembalikan pada hari yang ditentukan,
maka uang tersebut akan dilipat gandakan dan begitu seterusnya. Jika tidak
membayar uang pinjaman dan bunganya, pemberi pinjaman terkadang mengambil hak
atas istri dan anaknya.[4] Akibatnya
golongan lemah semakin tertindas dan tidak dapat berkembanga, sementara mereka
tertawa ria di atas kemiskinan yang lain dan memerasnya. Begitulah kondisi
sosial ekonomi kota Makkah sebelum Islam datang.
B.
Pendidikan Ekonomi Rasulullah
Dalam
sejarah kepengasuhan Rasulullah, pada waktu kecil beliau disusui Halimah salah
seorang dari keluarga Baduwi yang hidup di desa. Masa keci beliau dihabiskan di
padang pasir bersama keluarga ibu susunya. Beliau terhindar dari infeksi kota
Makkah dan mengawali hidup bersih, sehat dan bebas di desa. Keramaian kota dan
carut marutnya tidak dapat mengusiknya. Beliau ikut keluarga ibu susunya yang
nomaden dan penggembala. Lingkungan membentuk kepribadian dan fisik kuat
beliau dan memberi pengetahuan tentang penggembalaan dan lainnya.
Setelah
beberapa tahun diasuh Halimah, beliau dikembalikan kepada keluarganya di Makkah.
Beliau tidak lama bersama ibunya, karena tidak lama Aminah (ibu Nabi) sakit
keras dan wafat. Selanjutnya beliau diasuh kakeknya Abdul Muthalib dan
berpindah pada pamannya Abu Thalib ketika berumur delapan tahun menjelang
kakeknya wafat. Meskipun Abu Thalib miskin, namun beliau sangat sayang pada
Nabi sebagai keponakannya yang yatim piatu. Begitulah masa kecil Nabi yang
penuh dengan duka ditinggalkan orang-orang terdekat yang beliau sayangi.
Pengalaman melatih beliau mandiri dan membentuk karakter yang kuat. Beliau yang
sabar dan terbiasa dengan masalah hidup terus maju tanpa kenal putus asa dalam
merubah nasibnya.
Pada waktu
Nabi diasuh pamannya Abu Thalib, beliau sudah menginjak dewasa di dunia dagang
Makkah. Maka beliau harus tahu tentang perawatan dan penangkaran unta
sebagai hewan kebanggaan orang padanga pasir, alat transportasi istimewa.
Sebagian besar pengetahuan tentang unta sudah beliau kuasai secara instingtif,
berawal dari berbagai pengalaman beliau sejak bersama suku Badui. Hal-hal yang terkait
dengan unta mulai dari makanan yang cocok, cara menaikkan beban dengan baik,
memintal tali dan semua yang terkait dengan perdagangan yang membutuhkan unta
memang harus dikuasai dalam menentukan langkah selanjutnya di perdagangan.
Itulah langkah awal Nabi sebelum benar-benar terjun dalam perdagangan.
Pengetahuan tentang unta menjadi hal yang paling dasar baik dalam peperangan,
perdagangan dan lainnya sebagai satu-satunya transportasi padang pasir yang
dapat diandalkan.
Setelah
pengetahuan tentang management unta, tidak kalah pntingnya mengetahui padang
pasir. Hal ini terkait dengan rute dagang, jalur yang aman dari perampok dan
yang tidak aman, tempat rumput dan oase yang tidak dalam kekuasaan suku lain,
cuaca dan lainnya yang sangat terkait dengan perdagangan. Pengetahuan tentang
padang pasir merupakan peta dalam menjalankan perjalanan dagang yang aman.
Kalau sekarang dapat dibahasakan dengan mengetahui sasaran lokasi dagang,
lingkungan dan peta daerah tersebut juga terkait dengan kebiasaan penduduk dalam
kerja dan waktu istirahatnya. Selain itu juga terkait dengan akses pedagang
lain ke daerah tersebut, berapa jumlah pesaing dan bagaimana sistem mereka.
Cuaca memberi tahu kebutuhan musiman dan persiapan pedagang sendiri dalam
menanggulanginya.
Pendidikan
dagang Nabi lebih bersifat praktis, beliau terjun langsung di lapangan
menyertai pamannya Abu Thalib. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa pertama
kali beliau menyertai Abu Thalib dalam kafilah dagang dari Makkah ke Syria pada
usia sembilan tahun. Dan dalam sumber lain disebutkan beliau sudah berumur dua
belas tahun kala itu. Kalau dilihat dari sejarahnya, beliau lebih lama menjadi
pedagang dari pada menjadi pemimpin dan penyebar Islam yang berawal pada usia
empat puluh tahun. Sementara beliau menjadi pedagang sekitar duapuluh delapan
tahun.[5] Dari
sini dapat diketahui begitu lama beliau menjadi pedagang dan sukses dalam
segala hal. Begitu lama beliau berproses tanpa kenal putus asa dalam mencapai
kesempurnaan.
Ketika
menyertai pamannya, Nabi Muhammad banyak melihat dan mendengarkan berbagai putaran
konsultasi dan diskusi di mana pamannya ambil bagian. Beliau mulai mengenal
rute, komunikasi dengan konsumen, bagaimana memperlakukan unta juga bersikap
dan berbagai hal terkait perdagangan yang diperankan pamannya dan kafilah
dagangnya. Beliau yang terjun langsung dan sesekali membantu Abu Thalib lebih
mudah memahami seluk beluk dagang daripada berkutat dengan teori-teori tanpa
ada praktik di lapangan. Bagaimana pamannya menjalin kerjasama dengan
rekan-rekannya, bagaimana dia menawarkan barang dan memilih barang dagangan dan
seterusnya. Tidak ada yang lebih efisien dalam pendidikan ini kecuali terjun
langsung dan terlibat di dalamnya. Di sini seseorang akan lebih mudah memahami
dan konsultasi langsung.
Dalam
perjalanan menyertai Abu Thalib, secara tidak langsung sebenarnya Nabi telah
mengikat relasi dagang dengan mereka yang melakukan transaksi dengan kafilah
tersebut. Nabi mulai kenal dan diperkenalkan dengan mereka untuk langkah
selanjutnya. Beliau telah memiliki modal jaringan dagang dan pengalaman. Selain
itu, beliau juga kenal dengan berbagai macam barang dagangan dan
warna-warninya. Bahan-bahan dan asal barang tersebut juga dimana saja
pasarannya. Hal ini sangat berguna dalam membentuk jiwa slektifitas barang
dagangan, memilah milih atau menidentifikasi yang baik di antara yang tidak
asli. Beliau juga mengenal harga, baik harga pasaran dan harga kulak (grosir).
Bagaimana melakukan tawar menawar dan menjual barang dengan harga yang tidak
mengecewakan. Bagaiman mendapatkan barang dengan harga yang diharapkan. Dan
banyak hal lain yang dapat beliau petik dalam perjalanan bersama pamannya.
Beginilah apa yang beliau jalani sebelum benar-benar terjun dalam perdagangan
dengan memegang tanggungjawab penuh.
C.
Rasulullah Mencapai Kesuksesan Dagang
Kemampuan
dagang Nabi Muhammad mulai diakui dengan pemberian kepercayaan pedagang kaya
Siti Khadijah kepada beliau sebagai pemimpin kafilah dagangnya yang bertolak ke
Syiria. Di sini beliau yang baru berumur 25 tahun ditemani Maisaroh pembantu
Siti Khadijah. Beliau melewati rute yang pernah dilalui sebelumnya ketika ikut
pamannya Abu Thalib. Semuanya tidak asing lagi seakan beliau orang yang sangat
berpengalaman pada tugas pertamanya.
Beliau
melakukan perdagangan dengan bijaksana dan penuh rasa tanggung jawab. Tidak
seperti orang-orang Makkah pada umumnya yang penuh kecurangan dalam memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Sehingga setelaah pulang beliau membawa
keuntungan yang lebih besar dari biasanya dan barang-barang yang dibutuhkan
untuk diperdagangkan kembali di Makkah. Ada banyak hal yang membuat beliau
sukses dalam berdagang, di antaranya adalah;
1.
Menguasai lokasi atau seluk beluk pasar
Pengetahuan
akan rute dan tempat-tempat yang cocok dengan barang dagangannya merupakan
langkah awal dalam memulai bisnis atau wirausaha. Di sini seseorang bisa
membaca kecenderungan masyarakat setempat dan jumlah pesaing dari apa yang
direncanakan. Sehingga usahanya lebih progresif dan mudah berkembang. Nabi
sebelum menjadi penanggung jawab kafilah dagang Khadijah, sudah mengetahui rute
dagang dan lokasi-lokasi pasaran yang menjanjikan ketika menyertai pamannya.
Mereka yang tidak menguasai lokasi dan seluk beluk pasar akan mudah tertipu dab
tidak lama lagi gulung tikar.
2.
Selektif dalam komoditas atau kebutuhan konsumen
Mereka yang
terjun dalam bisnis atau wirausaha harus selektif dalam memilih komoditas yang
akan diperdagangkan. Barang apa yang cocok dan diminati masyarakat yang menjadi
target pasarannya. Selain itu, hal ini juga terkait dengan jenis dan macam
komoditas. Di pasaran, banyak ditemukan barang yang sama dengan kualitas
berbeda yang sering merusak pasaran bagi mereka yang tidak mengerti. Seorang
pedagang harus tahu itu dan dapat membuktikan dalam memperoleh kepercayaan
konsumen. Hal ini sangat dibutuhkan agar tidak menimbulkan kekecewaan. Nabi
ketika kembali ke Makkah setelah memimpin kafilah dagang Khadijah benar-benar
membawa barang yang dibutuhkan dan sekiranya laku dijual di Makkah dengan
menyeleksinya terlebih dahulu. Hal ini bisa dilihat dalam perdagangan dupa
sebagai komoditas dagang bangsa Arab waktu itu.[6]
3.
Leadership
Leadership
atau kepemimpinan menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan bagi seorang
wirausahawan dalam bekerjasama dengan bawahannya. Mereka harus lebih tegas
dalam segala keputusannya. Sehingga wirausahanya dapat berjalan sesuai yang
diharapkan dan disegani baik dalam kelompok dan masyarakat. Nabi memiliki jiwa
kepemimpinan yang tinggi. Beliau yang sebelumnya seorang penggembala sudah
terlatih tersendiri. Seorang penggembala mengarahkan gembalaannya dan
menjaganya agar tidak diterkam binatang buas juga tidak memasuki kawasan orang
lain.
4.
Komitmen
Seorang
wirausahawan yang sukses harus memiliki komitment, dia jujur dan tidak
menutup-nutupi. Sehingga konsumen tidak merasa dirugikan dan mau melakukan
bisnis dengannya. Mereka yang tidak berkomitmen akan dijauhi dan hanya
memperoleh untung satu kali. Nabi yang mendapat julukan Al-Amin sudah tidak
diragukan lagi. Semua orang senang berbisnis dengan beliau, tanpa takut
dirugikan. Tidak seperti bangsa Arab jahiliyah yang suka mempraktikkan riba dan
memonopoli dagang. Mereka hanya mengeruk keuntungan sendiri dengan
mengeksploitasi kaum lemah. Akibatnya mereka tidak disenangi.
5.
Service yang baik pada customer
Pepatah
mengatakan “Pembeli adalah raja”. Seorang penjual yang ingin usahanya
berkembang harus memberikan pelayanan yang baik bagi cutomernya seakan-akan
mereka adalah raja. Di sini mereka akan tertarik dan senang bertransaksi
dengannya. Bahkan secara tidak langsung, mereka akan mengiklankannya atau
mengajak rekan-rekan lainnya untuk melakukan transaksi. Sehingga jarinagn
dagang semakin luas dengan sendirinya di samping usaha-usaha lain. Di sinilah
keuntungan memberikan pelayanan yang baik dalam mempertahankan dan memperbanyak
konsumen. Mereka yang diacuhkan akan menghindar bahkan tidak kembali lagi. Hal
ini dipraktikkan Nabi dalam menjalankan dagangnya. Beliau selalu bersikap sopan
dan perhatian terhadap semua yang datang.
6.
Keterampilan komunikasi
Komunikasi
yang baik menjadi senjata tersendiri dalam dunia bisnis. Mereka yang pandai
mengkomunikasikan barang dagangannya atau lainnya dengan kata-kata persuasif
dan tetap berpijak pada komitmennya dapat menarik pembeli. Inilah senjata para
pedagang atau pebisnis selain iklan dan lainnya. Namun di sini tetap harus
memperhatikan kaidah-kaidah komunikasi atau etika dagang. Mereka tidak boleh
mengada-ngada, kecuali akan menyesal pada waktu yang tidak terduga.
7.
Bekerja keras
Tidak dapat
disangkal dalam mencapai kesuksesan baik dalam usaha dan lainnya
seseorang dituntut bekerja keras dan tidak mudah putus asa. Kegagalan
adalah pelajaran untuk langkah selanjutnya, dan semua orang mempunyai jatah
untuk gagal. Nabi meskipun dari keluarga yang miskin dengan kerja kerasnya dan
semangatnya akhirnya menjadi orang yang sukses. Modal beliau adalah kepercayaan
yang dipegang dengan tidak menyalah gunakannya. Sebelum kerja keras, seorang
pebisnis atau wirausahawan harus memiliki target yang tinggi untuk
memotofasinya dan sebagai parameter pencapaian. Sehingga mereka terus berpacu
tanpa lelah dalam mengejar target dan terus meningkatkan kerja kerasnya.
8.
Bersih atau berpenampilan menarik
Dalam
menarik minat konsumen, penampilan juga sangat berpengaruh. Mereka yang
berpenampilan menarik, bersih akan disenangi konsumen. Konsumen tidak merasa
bosan saat berinteraksi dan merasa nyaman. Kalau penampilannya saja sudah
kotor, mereka tidak akan memberi kesan dan membosankan. Sebelum lenih jauh
melakukan interaksi, seseorang akan melihat penampilan terlebih dahulu. Nabi
selalu menjaga kebersihan, selalu tampil rapi dan memakai wewangian. Bahkan hal
itu disunahkan dalam Islam setelah kenabian.
9.
Disiplin dan pandai membagi waktu
Seorang
wirausahawan atau pebisnis juga harus disiplin dan pandai membagi waktu dalam
mencapai kesuksesan. Jika tidak, tugas mereka akan menumpuk dan bisa kalah
saing dengan yang lain. Mereka yang tidak disiplin bisa mengecawakan konsumen,
bahkan kehilangannya. Kedisiplinan di sini sangat menentukan dalam dunia usaha.
Hal ini dapat terasa ketika ada perubahan cuaca mendadak dan menghindarnya
konsumen. Nabi yang hidup di padang pasir sangat memperhatikan itu. Angin gurun
dan sindikat penyamun bisa saja datang tiap waktu, sehingga beliau benar-benar
mengatur waktu dalam kelancaran dagangnya.
10.
Kerjasama
Kerjasama
sangat dibutuhkan dalam usaha kolektif atau sebuah instansi. Hal ini sangat
terkait dengan pengusaha besar-besaran khususnya. Tidak ada hal yang lebih baik
dari hasil kerjasama dengan rekan kerja, baik itu atasan atau bawahan. Dengan
kerjasama, masalah yang besar bisa menjadi ringan. Hal ini diterapkan Nabi, apa
lagi mengingat perjalanan jauh beliau dari Makkah ke Syria dengan transportasi
yang tidak kayak sekarang. Selain bekerjasama dengan para rekan, beliau juga
bekerjasama dengan kafilah-kafilah lain. Khususnya terkait keselamatan dalam
perjalanan di tengah padang pasir yang sarat dengan penyamun atau perampok
gurun.
Berbagai
hal di atas banyak beliau peroleh dari pengalaman hidup beliau dari kecil,
semenjak beliau bersama ibu susunya Halimah di antara para Baduwi. Suku Badui
yang tinggal di pedalaman dan terbebas dari pengaruh kota Makkah. Mereka
hidup berpindah pindah sebagai penggembala. Di sini Muhammad mendapat banyak
pengalaman baik terkait kebudayaan asli arab, padang pasir dan unta. Persatuan
dan kerjasama yang terjalin di antara anggota suku, musyawarah suku,
kekeluaragaan dan status wanita Baduwi memberi pengalaman tersendiri bagi
beliau.[7]
Setelah
diasuh Halimah, Muhammad dikembalikan ke keluarganya. Kemudian beliau diasuh
ibunya Aminah, kakeknya Abdul Muthalib dan terakhir pamannya Abu Thalib setelah
ibu dan kakeknya wafat. Ketika diasuh Abu Thalib, beliau menyertai pamannya Abu
Thalib dalam kafilah dagang dari Makkah ke Syria. Di sana beliau dapat
mengambil banyak pelajaran terkait dengan seluk beluk dagang, lokasi
transportasi dan relasi dengan terjun langsung di dalamnya. Setelah menjadi
Nabi, beliau yang ma’shum menggabungkan pengalaman yang diperoleh dengan
nilai-nilai Islam dan keluarlah hadits-hadits terkait dengan dagang (bisnis)
sebagai teori atau acuan umatnya setelah alquran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa Arab pada umumnya sebelum
kedatangan Islam sangat amburadul. Peperangan dan sukuisme menjadi trand
masyarakat kala itu. Tidak ada undang-undang tertulis atau norma yang berlaku
di antara suku-suku selain pembalasan dendam sebagai perlindungan. Nyawa harus
dibalas dengan nyawa dan peperangan tidak bisa terelakkan. Mereka yang kuat
akan berkuasa, sedangkan mereka yang lemah termarginalkan dari kancah sosial.
Perdagangan manusia atau perbudakan menjadi hal yang biasa khususnya bagi
mereka para tawanan perang.
Dalam perekonomian,
masyarakat Makkah menganut sistem kapitalis (istilah sekarang). Dalam praktik
ekonomi, riba menjadi hal yang biasa. Mereka menjadi rentenir yang lemah dan
menggandakan nilai atau nominal uang dalam pinjaman. Para rentenir meminjamkan
uangnya dengan tingkat bunga yang tinggi, dan ketika si peminjam tidak mampu
mengembalikan pada hari yang ditentukan, maka uang tersebut akan dilipat
gandakan dan begitu seterusnya. Jika tidak membayar uang pinjaman dan bunganya,
pemberi pinjaman terkadang mengambil hak atas istri dan anaknya.
Pendidikan dagang Nabi lebih
bersifat praktis, beliau terjun langsung di lapangan menyertai pamannya Abu
Thalib. Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa pertama kali beliau menyertai
Abu Thalib dalam kafilah dagang dari Makkah ke Syria pada usia sembilan tahun.
Dan dalam sumber lain disebutkan beliau sudah berumur dua belas tahun kala itu.
Kalau dilihat dari sejarahnya, beliau lebih lama menjadi pedagang dari pada
menjadi pemimpin dan penyebar Islam yang berawal pada usia empat puluh tahun.
Sementara beliau menjadi pedagang sekitar duapuluh delapan tahun. Dari sini
dapat diketahui begitu lama beliau menjadi pedagang dan sukses dalam segala
hal.
Ketika menyertai pamannya,
Nabi Muhammad banyak melihat dan mendengarkan berbagai putaran konsultasi dan
diskusi di mana pamannya ambil bagian. Beliau mulai mengenal rute, komunikasi
dengan konsumen, bagaimana memperlakukan unta juga bersikap dan berbagai hal
terkait perdagangan yang diperankan pamannya dan kafilah dagangnya. Beliau yang
terjun langsung dan sesekali membantu Abu Thalib lebih mudah memahami seluk
beluk dagang daripada berkutat dengan teori-teori tanpa ada praktik di
lapangan.
Kemampuan
dagang Nabi Muhammad mulai diakui dengan pemberian kepercayaan pedagang kaya Siti
Khadijah kepada beliau sebagai pemimpin kafilah dagangnya yang bertolak ke
Syiria. Beliau melakukan perdagangan dengan bijaksana dan penuh rasa tanggung
jawab. Tidak seperti orang-orang Makkah pada umumnya yang penuh kecurangan
dalam memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sehingga setelaah pulang
beliau membawa keuntungan yang lebih besar dari biasanya dan barang-barang yang
dibutuhkan untuk diperdagangkan kembali di Makkah. Di antara hal yang membuat
beliau sukses dalam berdagang adalah; Menguasai seluk beluk pasar, komitmen,
slektifitas memilih komoditas, kerja keras, keterampilan komunikasi, service
yang baik, leadership dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
1.
M. Djaelani, Bisri. 2004. Sejarah Nabi Muhammad SAW. Buana
Pustaka; Yogyakarta.
2.
Munir. 2005. Sirah Nabi Muhammad SAW (terjemahan The
Life Muhammad karya Prof Abdul Hamid Siddiqi). Penerbit Marja;
Bandung.
3.
Asnawi. 2007. Biografi Muhammad (terjemahan The
Prophet Muhammad karya Barnaby Rogerson). Diglossia Media Group;
Jogjakarta.
4.
Haeshem, Fuad. 1992. Sirah Muhammad Rasulullah Kurun
Makkah Suatu Penafsiran Baru. Mizan; Bandung.
5.
Nurhakim, Muhammad. 2004. Sejarah dan Peradaban
Islam. UMM Press; Malang.
No comments:
Post a Comment